Header Ads

Cerita LDKM di Malang


Assalammu'alaikum dan Selamat Pagi bagi yang Non-muslim. sudah beberapa hari hampir seminggu saya belum sempat untuk posting sesuatu di blog ini dikarenakan ada kegiatan kemahasiswaan atau gampangannya seperti LDKS kalau di SMA atau SMK. kalau di Universitas bisa dibilang LDKM (Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa). baiklah, sedikit sharing-sharing tentang kegiatan ini yang mungkin sedikit gak nyambung dengan tema blog saya. tapi yang namanya blog punya sendiri jadi suka-suka saya XD.

Semuanya berawal ketika kegiatan ini tidak wajibkan, tetapi diharuskan (ya apa bedanya ya?) ya seperti itulah, "kalau kita tidak mengikuti kegiatan tersebut, berarti kita tidak mendapatkan sertifikat yang super duper penting untuk kehidupan di kampus (emang sertifikat ini bisa dituker voucher makan di kantin selama 1 tahun??).hehe...

bagi saya anak dari keluarga kecil yang sangat bangga ketika anaknya bisa duduk dibangku perkuliahan ini, dengan biaya untuk kegiatan tersebut yang mahal menurut saya sekeluarga. tapi demi kelancaran perkuliahan, orang tua saya akhirnya bisa mengusahakannya.

pagi-pagi sekitar pukul setengah 6 kurang, saya berangkat ke kampus, sebelumnya saya pikir dengan total keuangan pribadi untuk biaya pendaftaran yang cukup mahal. "mungkin nanti kita (maba/peserta) berangkat ke Malangnya naik Bis. Eh, rupanya tetap saja dari jaman saya awal SMK sampai sekarang masih saja pakai kendaraan favorit (DISANG) alias mobil TNI, setiap naik kendaraan tersebut (mungkin ini yang ke-3 kalinya saya naik kendaraan kebangsaan TNI) kita kok seperti korban gusuran, razia mahasiswa-mahasiswa ganteng (ceileh, ganteng?) atau bisa dibilang nebeng sama rombongan mau ke pabrik tempe.

tak seberapa lama kemudian, kita sampai di tempat utama pendaratan. bagaimana tidak cepat? supirnya pak brengos kaca mata item, mantan supir Bis Kencono (gas pol, rem pol, mungkin kita yang dibelakang, entah sadar atau gak sadar, supir mengemudi seperti ngangkut sapi, bisa juga ngangkut tempe se-truck Monster???)

sampailah kita di Ground dengan canda'an yang khas ala Maba, (supir e ngangkut karyawan pembuat tempe!) sudahlah lupakan masalah tempe itu. sesampai di ground, kita disambut cukup meriah oleh Panitia Penyambut yang so cool, calm, and kuli. yang dimulai dari sweeping oleh team sweeping, langsung saja disebet semua tas tanpa terkecuali untuk diperiksa. banyak sekali yang terampas. para Khomdis (temen-temen ngertinya seperti itu) hahaha...

dengan suasana pegunungan yang mengasikan, meski mereka (BMAN) bernyanyi ria, mencoba mencari kesalahan demi kesalahan kita, dengan muka asam dan teriakan sekelompok CheersLeader yang sahut menyahut. turunlah hujan rintik2... dan kemudian menghilang begitu saja.

waktu berlalu dengan makan siang, materi, baris lagi, bentak-bentak lagi, seperti itu rasanya waktu berputar sangat lambat, apalagi ketika para BMAN memasuki tempat kita ngumpul alias ground. mereka sangat antusias seakan mereka bilang (inilah giliranku!)hahhaha...

sedikit menyinggung tentang konsep Pressing para BMAN. tidak adakah cara lain untuk tidak berbicara keras ditempat umum untuk membangun mental kami para Maba yang butuh bantuan kakak Senior? memang Pressing seperti itu membantu pembentukan mental yang kuat pada kami, tetapi itu juga menyisakan Trauma di jiwa Maba. mencetak Maba yang berani dan kritis mungkin ada cara lain seperti dimasukkan dalam Outbound yang mengasah otak untuk menjadi seorang pemimpin yang benar, berani mengungkapkan pendapat tanpa paksaan dan teriakan dari belakang.

memang tidak semuanya buruk konsepnya, saya suka konsep waktu malam terakhir sebelum api unggun tersebut. itulah yang saya maksud dengan cara lain. mungkin kedepannya kawan-kawan yang mungkin berkecimpung menggantikan kakak2 kita di HIMA bisa merubah Paradikma tersebut. disini bukan dalam artian menghapus dan mengganti dengan yang baru. tetapi perlunya koreksi lagi untuk pematangan konsep. dengan diberi studi kasus seperti itu Maba tidak akan diam saja, setiap individu punya kesadaran mana yang salah dan benar, mana yang harus dilakukan dan tidak perlu dilakukan, mereka tahu mana yang akan mereka bela dan mereka beri nasehat.

dari keseluruhan Kegiatan kemarin, yang paling terasa bagi kita adalah rasa kebersamaanya, semua tidak akan memungkiri ini.semua terlihat di hari-hari terakhir kegiatan tersebut sampai di perjalanan pulang. kita saling menjaga. kita saling respect antar teman. menurut saya nilai kebersamaan dalam konsep kegiatan tersebut harus tetap ada, agar terus tercipta suasana yang akrab bagi semua Maba.

terima kasih semua kakak seniorku dan kawan-kawanku yang selalu mendukung untuk menjadi lebih baik dan lebih berguna bagi linkungan sekitar kita.
tulisan ini sudah cukup membuat saya mengantuk, maaf ceritanya tidak saya lanjutkan, langsung saya tulis evaluasi dan pesan yang didapat dari kegiatan tersebut. mungkin kawan-kawan yang membaca tulisan ini bisa melanjutkannya untuk menyambung kisah kita di kegiatan tersebut kawan.

umm, mungkin satu lagi saran bagi saya untuk kakak2 senior, suatu Organisasi tanpa adanya sikap PBB yang baik, rasanya kurang sekali. mohon maaf, saat setiap upacara, khususnya upacara pengibaran dan penurunan bendera. kakak2nya jalan seadannya menurut yang saya lihat. suatu perkumpulan atau organisasi, mungkin akan terlihat disiplin ketika setiap upacara, sikap PBB kita baik dan benar. apalagi di lingkungan luar bukan kalangan internal yang akan melihat kita. tulisan ini bukan ejekan, bukan sok tua dan mengajarkan. tetapi saya hanya mengevaluasi dan memberikan pendapat saya sebagai mahasiswa. terima kasih.

2 komentar:

  1. KEREN !!!!! AKU MBACA SMBIL NGAKAK GUS !!! hahaha tak like !!

    BalasHapus
  2. bagus bgt tulisan kmu....
    saran2 kmu sangat mambangun..tp perlu diingat jg...
    jd kan apa yg kmu inginkan(trmasuk kritikan2 kmu) menjadi realita kelak dkemudian hari...
    caranya..jangan jadikan ide2 kmu..kritik2 kmu hanya sebuah tulisan..tp ikutlah, bergabung dalam membangun hima atau organisasi lainnya yg ada diFTI..krna kita adalah generasinya,,oyii ^.^

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.